Blog ini berisi kumpulan artikel, Jurnal penelitian yg bertemakan Farmakognosi dan Bahan alam
Jumat, 18 Mei 2012
MAKALAH Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik Sediaan Fitofarmasi
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam terpatri kepada kekasih Allah, panutan kita Muhammad SAW Al-mustofah sebagai uswatun khasanah bagi orang-orang mukmin. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen selaku koordinator laboratorium farmakognosi 2 dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis angat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga sengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin . Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kedua terkaya di dunia dalam halkeanekaragaman hayati. Terdapat sekitar 30.000 jenis (spesies) yang telahdiidentifikasi dan 950 spesies diantaranya diketahui memiliki fungsi biofarmaka,yaitu tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang memiliki potensi sebagai obat,makanan kesehatan, nutraceuticals, baik untuk manusia, hewan maupun tanaman.Dengan kekayaan tersebut Indonesia berpeluang besar untuk menjadi salah satunegara terbesar dalam industri obat tradisional dan kosmetika alami berbahanbaku tumbuh-tumbuhan yang peluang pasarnya pun cukup besar.
Manusia telah mengenal pengobatan tradisional sejak berabad-abad lalu ketika manusia mengetahui bahwa tumbuh-tumbuhan dapat dijadikan sebagai obat. Namun penemuan-penemuan tersebut bukan berdasarkan perbuatan-perbuatan yang rasional, melainkan karena perasaan instriktif yang ternyata dapat memberikan sesuatu yang diharapkan yaitu dapat mengurangi dan menyembuhkan rasa sakit. Pengetahuan tersebut telah diturunkan secara turun-temurun dengan penuturan-penuturan secara lisan dan masih dipertahankan sampai saat ini.
Sebagai salah satu alternatif pengembangan biofarmaka, fitofarmaka ataulebih dikenal dengan tanaman obat, sangat berpotensi dalam pengembanganindustri obat tradisional dan kosmetika Indonesia. Selama ini, industri tersebut berkembang dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang diperoleh dari hutanalam dan sangat sedikit yang telah dibudidayakan petani. Bila adapun, teknik budidaya dan pengolahan bahan baku belum menerapkan persyaratan bahan bakuyang diinginkan industri , yaitu bebas bahan kimia dan tidak terkontaminasi jamurataupun kotoran lainnya.
Pada makalah farmakognosi ini, kita akan melakukan penelitian terhadap pada suatu yang diawali oleh mengidentifikasi kemotaksonominya dan akan diakhiri dengan pembuatan produk dari sampel tersebut. Sudah selayaknya dilakukan penelitian dan pengembangan dari tanaman-tanaman tersebut agar dapat diketahui senyawa kimia apa saja yang terkandung di dalamnya, sehingga manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.
Maksud
Maksud percobaan adalah agar mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik sediaan jamu.
Tujuan
Adapun tujuannya, yaitu:
Mengidentifikasi simplisia penyusun sediaan jamu secara organoleptik.
Membuat pengelompokkan simplisia penyusun sediaan jamu berdasarkan khasiat dan kandungannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi. Jenis sediaan obat ini masih belum begitu populer di kalangan masyarakat, dibandingkan jamu-jamuan dan herba terstandar. Akan tetapi pada dasarnya sediaan fitofarmaka mirip dengan sediaan jamu-jamuan karena juga berasal dari bahan-bahan alami. Dalam ilmu pengobatan, fitofarmaka dapat diartikan sebagai sediaan jamu-jamuan yang telah tersentuh oleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dengan demikian khasiat dan penggunaan fitofarmaka dapat lebih dipercaya dan efektif daripada sediaan jamu-jamuan biasa, karena telah memiliki dasar ilmiah yang jelas.
Walaupun sama-sama diracik dari bahan alami, namun Fitofarmaka jauh mengungguli sediaan jamu biasa, bahkan sediaan ini juga sudah dapat disetarakan dengan obat-obatan modern. Ini disebabkan fitofarmaka telah melewati beberapa proses yang setara dengan obat-obatan modern, diantaranya Fitofarmaka telah melewati standarisasi mutu, baik dalam proses pembuatan hingga pengemasan produk, sehingga dapat digunakan sesuai dengan dosis yang efektif dan tepat. Selain itu sediaan fitofarmaka juga telah melewati beragam pengujian yaitu uji preklinis seperti uji toksisitas, uji efektivitas, dll dengan menggunakan hewan percobaan dan pengujian klinis yang dilakukan terhadap manusia.
Fitofarmaka harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya :
Aman dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik
Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi
Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Tahap-tahap pengembangan dan pengujian fitofarmaka (Dep. Kes RI)
1. Tahap seleksi
Proses pemilihan jenis bahan alam yang akan diteliti sesuai dengan skala prioritas sebagai berikut:
Jenis obat alami yang diharapkan berkhasiat untuk penyakit-penyakit utama
Jenis obat alamai yang memberikan khasiat dan kemanfaatan berdasar pengalaman pemakaian empiris sebelumnya
Jenis OA yang diperkirakan dapat sebagai alternative pengobatan untuk penyakit-penyakit yang belum ada atau masih belum jelas pengobatannya.
Tahap penelitian farmakodinamik
Untuk melihat pengaruh calon fitofarmaka terhadap masing-masing sistem biologis organ tubuh
Pra klinik, in vivo dan in vitro,
Tahap ini dipersyaratkan mutlak, hanya jika diperlukan saja untuk mengetahui mekanisme kerja yang lebih rinci dari calon fitofarmaka.
Tahap pengembangan sediaan (formulasi)
Mengetahui bentuk-bentuk sediaan yang memenuhi syarat mutu, keamanan, dan estetika untuk pemakaian pada manusia.
Tata laksana teknologi farmasi dalam rangka uji klinik
Teknologi farmasi tahap awal
Pembakuan (standarisasi): simplisia, ekstrak , sediaan OA
Parameter standar mutu: bahan baku OA, ekstrak, sediaan OA
Tahap uji klinik pada manusia
Ada 4 fase yaitu:
Fase 1 : dilakukan pada sukarelawan sehat
Fase 2 : dilakukan pada kelompok pasien terbatas
Fase 3 : dilakukan pada pasien dengan jmlh yang lebih besar dari fase 2
Fase 4: post marketing survailence, untuk melihat kemungkinan efek samping yang tidak terkendali saat uji pra klinik maupun saat uji klinik fase 1-3.
Obat tradisional merupakan obat yang didapat dari bahan alam (mineral, tumbuhan, atau hewan ) diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional. (Syamsuni, 2005). Obat tradisional umumnya menggunakan bahan-bahan alam yang lebih dikenal sebagai simplisia.
Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.(Amin, 2009) . Salah satu obat tradisional Indonesia yaitu jamu. Jamu sudah dikenal sudah berabad-abad di Indonesia yang mana pertama kali jamu dikenal dalam lingkungan Istana atau keraton. Jaman dahulu resep jamu hanya dikenal dikalangan keraton dan tidak diperbolehkan keluar dari keraton. Tetapi seiring dengan perkembangan jaman, orang-orang lingkungan keraton sendiri yang sudah modern, mereka mulai mengajarkan meracik jamu kepada masyarakat diluar keraton sehingga jamu berkembang sampai saat ini tidak saja hanya di Indonesia tetapi sampai ke luar negeri. Bagi masyarakat Indonesia, Jamu adalah resep turun temurun dari leluhurnya agar dapat dipertahankan dan dikembangkan. Bahan-bahan jamu sendiri diambil dari tumbuh-tumbuhan yang ada di Indonesia baik itu dari akar, daun, buah, bunga, maupun kulit kayu.
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK SEDIAAN JAMU
Jamu, obat tradisional Indonesia yang di duga berasal dari keraton Surakarta dan Yogyakarta di jawa Tengah, dari praktik budaya Jawa Kuno dan juga sebagai hasil pengaruh obat Cina, India dan Arab. Jamu berisi unsur-unsur TCM, seperti mengobati penyakit-penyakit “panas’ dengan obat “dingin”, da ayurveda, yang menggunakan aspek religius dan pemijatan sangat penting. (Heinrich,M.2009).
Sedian Jamu umumnya terdiri dari beberapa jenis simplisia yang berkhasiat farmakologi, baik berbentuk rajangan kasar contohnya jamu godog, maupun berbentu halus atau serbuk,adapula dalam bentuk ekstrak herbal terstandar, bahkan sedian bahan alam telah berbentuk sedian fitofarmaka (seperti temulawak, dan daun jambu).(anonim,2010)
Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.(MMI,1995)
Simplisia nabati ialah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum merupakan zat kimia murni (MMI,1995).
Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.(MMI,1995)
Simplisia pelikan (mineral) ialah simplisia yang berupa bahan-bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni (MMI,1995).
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau galenik, atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.(Makhmud,Ilham,etc.2007)
Bahan baku adalah simplisia, sediaan galenik, bahan tambahan atau bahan lainnya, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, yang berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat tradisional, walaupun tidak semua bahan tersebut terdapat dalam produk ruahan.(Makhmud,Ilham,etc.2007)
Perbedaan antara Jamu, ekstrak herbal terstandar dan fitofarmaka terletak terletak pada pengujian farmakologinya dan standarisasi bahan penanda (marker) yang ada dalam sediaan tersebut. jamu sebagai bentuk sediaa campuran simplisia masih dikelola secara sederhana oleh industri rumah tangga, sehingga dalam proses produksi dan pengemasan masih sangat sederhana dan dibawah standar GMP(Good Manufacturing Practice), selain itu pemberian ijin usaha dan pengawasan secara hukum tidak berada dalam satu Koordinasi dikarenakan tidak dilakukan di bawah satu Instansi pemerintah saja (BPOM), tetapi dapat pula dilakukan oleh Dinas kesehatan Kota. Kurangnya Koordinasi dari pihak pemerintah menyebabkan BKO (Bahan Kimia Obat) yang ditemukan dalam sedian jamu. (Anonim,2010).
Pemeriksaan organoleptik dilakukan menggunakan pancaindera dengan mediskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa sebagai berikut:(Dirjen POM,2000)
Bentuk : Padat, serbuk, kering, kental, cair
Warna : warna dari ciri luar , dan wara bagian dalam
Bau : Aromatik, tidak berbau adn lain-lain
Rasa : Pahit, manis, khelat dan lain-lain
Ukuran : Panjang, lebar, dan diamdietil eter sediaan dalam satuan um,mm,cm,inci dan Mesh
Agar dapat mendukung hasil pemeriksaan, maka simplisia yang telah di identifikasi di kelompokkan berdasarkan jenisnya (spesies) dan khasiatnya
. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK SEDIAAN JAMU
Seperti halnya pemeriksaan makroskopik sediaan jamu, pemeriksaan mikroskopik juga digunakan untuk menjamin kebenaran dari simplisia penyusun sediaan jamu dengan mengamati bentuk fragmen spepisifik penyusun pada sediaan jamu. (Anonim,2010),
Berbeda dengan obat-obatan modern, standar mutu untuk jamu didasarkan pada bahan baku dan produk akhir yang pada umumnya belum memiliki baku standar yang sesuai dengan persyaratan. Simplisia nabati, hewani dan pelican yang dipergunakan sebagai bahan untuk memperoleh minyak atsiri, alkaloid, glikosida atau zat berkhasiat lainnya, tidak perlu memenuhi persyaratan yang tertera pada monografi yang bersangkutan. Identifikasi simplisia dapat dilakukan berdasarkan uraian mikroskopik serta identifikasi kimia berdasarkan kandungan senyawa yang terdapat didalamnya (MMI,1995)
Uji mikroskopik dilakukan dengan mikroskopik yang derajat perbesarannya disesuaikan denga keperluan. Uji mikroskopik serbuk jamu tidak hanya dapt dilakukan melihat bentuk anatomi jaringan yang khas, tetapi dapat pula menggunakan uji histokimia dengan penambahan pereaksi tertentu pada serbuk sediaan jamu uji, dan zat kandungan simplisia uji akan memebrikan warna spesifik, sehingga mudah di deteksi(Anonim, 2010).
Pemeriksaan anatomi serbuk dari suatu simplisia memiliki karakteristik tersendiri, dan merupakan pemeriksaan spesifik suatu simplisia atau penyusun jamu. sebelum melakukan pemeriksaan mikroskopik harus di pahami bahwa masing-masing jaringan tanaman berbeda bentuknya. ( Egon,1985)
ciri khas dari masing-masing organ batang, akar dan rimpang umumnya memiliki jaringan penyusun primer yang hampir sama yaitu epidermis,korteks dan endodermis, jari-jari empulur dan bentuk berkas pengangkutannya. Tipe berkas pengangkut umumnya mengacu pada kelas tanaman seperti monokotil memiliki tipe berkas pengankutan terpusat (konsentris), dan pada dikotil tersebar (kolateral). (Egon,1985)
Sedangkan jaringan sekunder pada organ batang , akar dan rimpang berupa periderm , dan ritidorm. Rambut penutup dan stomata merupakan ciri spesifik dari bagian daun serta tipe sel idoblas seringkalai menunjukkan ciri spesifik suatu bahan nabati.(Egon,1985)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uraian Tanaman
Kemangi (Ocinum sanctum)
Klasifikasi tumbuhan Kemangi (Tjitrosoepomo, 2004)
Regnum : Plantae
Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae (Solonales, personatae)
Famili : Labitae
Genus : Ocinum
Spesies : Ocinum sanctum
Morfologi Tanaman Kemangi
Bentuk pemerian dari tanaman kemangi (Ocinum sanctum) warna hijau sampai hijau kecoklatan; bau aromatik, khas; rasa agak pedas. Dilihat dari morfologinya yaitu helaian daun bentuk jorong memanjang bundar telur, ujung runcing, pangkal daun runcing atau tumpul sampai membundar, tulang-tulang daun menyirip, tepi bergerigi dangkal atau rata dan bergelombang, daging daun tipis, permukaan berambut halus, panjang daun 2,5 cm sampai 7,5 cm, lebar 1-2,5 cm, tangkai daun berpenampng bundar, panjang 1-2 cm berambut ( Steenis, 2006).
Mikroskopik
Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermidis atas terdiri dari satu lapis sel kecil, bentuk segi empat persegi panjang, warna jernih, dinding tipis, kutikula tipis dan licin. Pada pengamatan tangensial bentuk poligonal, berdinding lurus atau agak berkelok-kelok. Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel kecil bentuk empat persegi panjang, warna jernih, dinding tipis, kutikula tipis dan licin. Jaringan palisade terdiri dari selapis sel bentuk silindrik panjang dan berisi banyak butir klorofil. Jaringan bunga karang, dinding poligonal, dinding sampai lurus atau agak berkelok tipis, mengandung butir klorofil.
Kandungan Kimia Tanaman Kemangi
Kandungan kimia yang diperoleh yaitu orientin dan vicenin yang mampu melindungi struktur sel tubuh. Sedangkan cineole, myrcene dan eugenol berfungsi sebagai antibiotik almi dan antiperadangan. Selain itu kemangi kaya akan betakaroten dan magnesium, mineral penting yang berfungsi menjaga dan memelihara kesehatan jantung. Zat ariginin yang terdapat di dalam kemangi dapat berfungsi untuk memperkaya daya hidup sperma dan mencegah kemandulan. Ada lagi zat triptofan yang dapat menunda menopause (www. Desputro home’s Weblog.com).
Khasiat Tanaman Kemangi
Khasiat dari daun kemangi (Ocinum sanctum) dapat menyembuhkan diare, nyeri payudara, batu ginjal, gangguan pada vagina dan juga dapat mengatasi albuminaria yaitu adanya konsentrasi albumin di dalam air. Selain itu juga ampuh menyembuhkan sakit kepala, pilek, sembelit dan cacingan. Aroma daun kemangi dapat menolak gigitan nyamuk (Henry,_ A Dictionary of Practical Material Medical).
Kunci Determinasi ( Steenis, 2006)
1b..., 2b..., 3b..., 4b..., 6b..., 7b..., 9b..., 10b..., 11b...,12b..., 13b..., 14b..., 16a..., 239b..., 243b..., 244b..., 248b..., 249b..., 250b..., 266b..., 267b..., 268b..., 271b...
Bayam duri (Amaranthus spinosus)
a. Klasifikasi tumbuhan bayam duri (Tjitrosoepomo, 2004)
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinosus
b. Morfologi Bayam duri
Bayam Duri terna semusim, tumbuh tegak, tinggi bisa mencapai 1 m. Batang berwarna hijau atau atau kemerahan. bercabang banyak, berduri. Daun tunggal, bundar telur sampai lanset, tepi rata, bertangkai panjang, letak berseling. Bunga berkelamin tunggal, warna hijau agak putih. Buah bulat panjang, biji kecil, warna hitam. ( Steenis, 2006).
c. Anatomi Tanaman Bayam Berduri
Batang :
Jaringan epidermis yang terdiri dari selapis sel yang melindungi jaringan dibawahnya.
Jaringan korteks terdiri dari kolenkim, serabut-serabut dan parenkim.
Floem terdiri dari saluran dengan tapisan sebagai ciri khasnya, sel pengiring, serabut-serabut dan parenkim.
Xylem yang terdiri dari pembuluh dan tracheid yang merupakan penyusun utama xylem, serabut-serabut dan parenkim.
Tipe berkas pengangkut yang dimilki tanaman ini adalah kolateral terbuka, dimana xylem dan floem dipisahkan oleh kambium.
Akar :
Epidermis yang juga berderivat menjadi rambut akar untuk memperluas bidang penyerapan air.
Korteks, jaringan korteks akar lebih tebal dibanding jaringan korteks yang ada pada batang. Jaringan ini terdiri dari parenkim penyimpan dengan rongga sel yang luas.
Daun
Epidermis yang merupakan selapis sel dan disini terdapat stomata yang berfungsi penting dalam proses respirasi.
Mesofil , jaringan ini terbagi dua yaitu parenkim palisade yang terdapat dibawah epidermis. Parenkim spons yang disusun oleh sel yang tidak beraturan
Jaringan pengangkut terdiri dari berkas-berkas pengangkut, yaitu xylem dan floem.
d. Kandungan Kimia Tanaman Bayam duri
Kandungan kimia Amaranthus spinosus yaitu amaruntin, rutin, spinasterol, hentriakontan, tanin, kalium nitrat, kalsium oksalat, garam fosfat, zat besi serta vitamin (www. Desputro home’s Weblog.com).
e. Khasiat Tanaman Bayam duri
Khasiat tanaman bayam duri yaitu pembersih darah, pelancar ASI, demam, eksim, bisul, bronkhitis, kencing nanah dandiuretik, peluruh haid, peluruh dahak, penawar racun dan menghilangkan bengkak (Henry,_ A Dictionary of Practical Material Medical).
f. Kunci Determinasi ( Steenis, 2006 )
1b..., 2b..., 3b..., 4b..., 6b..., 7b..., 9b..., 10b..., 11b..., 12b..., 13b..., 14b..., 16a..., 239b..., 243b..., 244b..., 248b..., 249b..., 250b..., 266b..., 267a..., 268a..., 269b..., 270b...
3. Bunga Pukul Empat (Mirabillis jalapa)
a. Klasifikasi bunga pukul empat (Tjitrosoepomo, 2004)
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Dicotyledoneae
Sub class : Monochlamydeae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Nyctaginaceae
Genus : Mirabillis
Spesies : Mirabillis jalapa
b. Morfologi Bunga pukul Empat
Daunnya tunggal, bentuk daun memanjang, letak daun menyirip berselang-seling, tepi daun rata, tulang daun menyirip. Pada batang, bentuknya bulat, arah tumbuh tegak lurus, permukaan licin. Pada akar termasuk akar tunggang.
c. Mikroskopik Bunga Pukul Empat
Pada penampang melinyang melalui tulang daun tampak epidermidis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk segiempat, kutikula tipis, tidak terdapat stomata, sel ujung membulat, serbuk berwarna hijau tua, fragmen pengenal adalah rambut penutup seperti epidermidis atas. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel, pada mesofil terdapat hablur kalsium oksalat berbentuk rafida, berkas pembuluh tipe kolateral, pada ibu tulang daun terdiri dari 4 berkas. Pada sayatan parademal tampak epidermis atas berbentuk polygonal, dinding antiklinal agak berombak, stomata tipe anomositik.
d. Kandungan Kimia Bunga Pukul Empat
Kandungan kimia Mirabillis jalapa yaitu daun dan bunga mengandung saponin (Lavanoida, disamping itu daunnya juga mengandung tanin dan bunga politenol), biji mengandung flavanoida dan politenol, akar mengandung betaxanthis, buah mengandung zat tepung, lemak, zat asam lemak dan zat asam minyak.
e. Khasiat Bunga Pukul Empat
Khasiat Bunga Pukul Empat yaitu untuk radang amandel, infeksi saluran kencing, keputihan, erosi mulut rahim, radang sendi yang akut. Di samping itu, pada daunnya berkhasiat sebagai obat bisul, akarnya untuk mengobati sembelit dan bengkak, bijinya sebagai bahan kosmetika.
f. Kunci Determinasi Bunga Pukul Empat
Familia 42. Nyctaginaceae
1b..., 2b..., 3b..., 4b..., 6b..., 7b..., 9b..., 10b..., 11b..., 12b..., 13b..., 14b..., 16a..., 239b..., 243b..., 244b..., 248b..., 249b..., 250b..., 266b..., 267b..., 273b..., 276b..., 278b..., 279a..., 280a...
4. Cabe Rawit (Capsicum frutescens) a. Klasifikasi (Steenis, 2006)
Kingdom : plantae
Subkingdom : trachebionta
Super divisi : Spermatopyta
Divisio : Magnolopyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum fructescens
b. Morfologi (Steenis, 2006)
Batang berbiku-biku atau bagian atasnya bersudut, dan tidak berbulu.Daunnya berbentuk bundar telur sampai lonjong atau bundar telur meruncing.
Mahkota bunga: Mahkota bunga berbentuk bintang, berwarna putih, putih kehijauan atau kadang-kadang ungu. Mempunyai garis tengah 1,75 mm sampai 2 mm.
Kelopak bunga: Kelopak bunga berbulu dan tidak berbulu. Mempunyai panjang 2 mm sampai 3 mm. Buah tegak kadang-kadang pada tanaman hibrid buah merunduk, berbentuk bulat telur, jorong panjang 0,75 mm sampai 1,50 mm. Lebar 2,5 cm sampai 12 cm. Buah muda berwarna hijau tua,putih kehijauan dan putih. Apabila masak berwarna merah terang dan bila setengah masak berwarna hijau rumput(lazim digunakan).
c. Anatomi
Kulit buah, epidermis luar terdiri dari selapis sel berbentuk poligonal, pipih ke arah tangensial, dinding tangensial luar sangat tebal dan bergaris; sel epidermis ini berisi tetes-tetes minyak berwarna kuning kemerahan. Hipodermis terdiri dari sel-sel kolenkimatik, tebal sampai 7 lapis sel, dinding sel putih kekuningan, berisi tetes minyak berwarna kuning kemerahan.
Parenkim mesokarp terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal, dinding tipis berisi tetes minyak berwarna kuning kemerahan; di antara sel parenkim terdapat berkas pembuluh bikolateral. Lapisan sel besar terdiri dari 1 atau 2 lapis sel berbentuk poligonal, dinding tipis, lumen lebar dan jernih, tidak terdapat tetes minyak. Epidermis dalam terdiri dari selapis sel berdinding tipis dan berdinding tebal; sel epidermis yang berdinding tipis berisi tetes-tetes minyak yang berwarna kuning kemerahan, sedang sel epidermis yang berdinding tebal terdapat di bawah sel besar, dinding bernoktah, serta menyerupai sel batu yang pada pengamatan tangensial tampak berkelompok, bentuk memanjang atau membundar dengan dinding berkelok-kelok,lumen agak lebar, tidak berisi tetes minyak; kutikula bagian dalam tipis.Serbuk,warna coklat kemerahan,rasa sangat pedas, bau merangsang. Fragmen pengenal adalah fragmen tangensial epidermis luar, dinding bernoktah; fragmen epidermis dalam berdinding tebal yang menyerupai sel batu terlihat tangensial; fragmen pembuluh kayu bernoktah atau dengan penebalan tangga dan spiral; fragmen hipodermis; fragmen serabut sklerenkim sangat sedikit.
Kandungan kimia
Kapsaian, solamine, minyak atsiri, solamargine, koloid, resin, vit. CBenang putih tempat biji menempel mengandung zat capcaisin yang bermanfaat untuk mengobati penyakit kulit. Selain itu, cabai juga mengandung vitamin C, saponin dan flavonida.
khasiat
Penyakit kulit, eksim, rematik, antioksidan, penambah nafsu makan, kaku karena kedinginan.
kunci determinasi
1b…,2b…,3b…,4b…,6b…,7b…,9b…10b…,11b…,12b…,13b…,14a…,15b…,197b…,208b…,219a…(Solanaceae)
5. Portulaka ( Portulaca grandifloa)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Portulacaceae
Genus : Portulaca
Spesies : Portulaca grandifloa
b. Marfologi
Daun dan batang tanaman ini tergolong semi sukulen. Dapat tumbuh sampai ketinggian 15cm dan batangnya dapat merambat sampai sepanjang 30cm. Tergolong ke dalam family Po rtulaceae.Daunnya berbentuk silinder dengan panjang 1-2cm. Bunganya mirip mawar, berdiameter 2-3cm, hadir dalam warna pink, merah kuning, putih dan oranye dengan susunan daun bertumpuk maupun tunggal. Tanaman ini berasal dari Brazil, Uruguay dan Argentina Utara.Bunga sutra Bombay hanya mekar saat cuaca cerah dan matahari terik, sebaliknya saat malam hari atau cuaca mendung bunganya akan mengucup atau layu.Tanaman yang telah tua akan malas berbunga, berdaun jarang, dan warnanya menjadi tidak menarik. Siapkanlah generasi baru dengan stek batang dari generasi sebelumnya, sehingga tanaman baru sudah siap ditanam begitu generasi sebelumnya malas berbun15-30 cm. Tanaman ini sering bercabang mulai dari pangkalnya, pada ruasnya berambut halus, dan warnanya merah atau hijauDaunnya tunggal, letak tersebar, tidak bertangkai, di ujung batang berjejal rapat, ke bagian pangkal daunnya lebih jarang. Helaian daun tebal berdaging, berair, bentuk jarum, bulat silindris, ujung tumpul, panjang 1-3,5 cm, warnanya hijau.
Bunga portulaka berkumpul berkelompok 2-8 di ujung batang, mekar pada pukul 8 pagi dan layu menjelang sore, warnanya merah, dadu, putih, oranye, atau kuning.
Buah bentuknya bulat telur, permukaan berambut, panjang 5-8 mm. Biji bulat, jumlah banyak, kecil dan berwarna cokelat muda.
c. Kandungan Kimia
Portulaka juga merupakan tanaman obat. Kandungan kimia pada seluruh tanaman portulaka adalah portulal. Batang dan bunga mengandung betacyanin, betanin, dan betanidin. Seluruh herba segar dapat digunakan sebagai obat.
d. Kegunaan Sakit tenggorokan, Sakit kepala, Hepatitis, Ekzema pada bayi, Bisul.
6. Gandarusa (Justicia gendarussa)
a. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Justicia
Jenis : Justicia gendarussa
b. Morfologi
Habitus : Perdu, tegak, tinggi ± 1,8 m.
Batang : Berkayu, segi empat, bercabang, beruas, coklat.
Daun : Tunggal, lanset, panjang 3-6,20 cm, lebar 1,5-3,5 cm, pertulangan menyirip, berhadapan, bertangkai pendek, hijau tua
Bunga : Majemuk, bentuk malai, panjang 3-12 cm, putik ungu,kepala sari kuning, mahkota bentuk tabung,berbibir dua, ungu
Buah : Bentuk gada, bertiji empat, licin, masih muda hijau setelah tua hitam
Biji : Kecil, keras, coklat.
Akar : Tunggang, coklat muda
c. Khasiat
Daun Justicia gendarussa berkhasiat sebagai obat pegal linu, obat pening dan obat haid tidak teratur.Untuk obat sakit pegal linu dipakai ± 15 gram daun segar Justicia gendarussa, dicuci, ditambah satu sendok teh minyak kelapa digerus sampai lumat,kemudian digosokan pada bagian yang sakit.
d. Kandungan kimia
Daun Justicia gendarussa mengandung alkaloida, saponin, flavonoida dan tanin.
e. Kunci determinan
1.b…2.b…3.b…4.b…6.b…7.b…9.b…10.b…11.b…12.b…13.b…14.b…16.a….239.b….243.b…244.b…248.b….249.b…250.b…266.b…267.b…273.b…276.b…278.b…279.b….282.b….283.b…284.b…285.b
7. Kangkung (Ipomoea aquatic)
a. Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Asteridae Ordo : Solanales Famili : Convolvulaceae (suku kangkung-kangkungan) Genus : Ipomoea Spesies : Ipomoea aquatica Forsk.
b. Morfologi
Tanaman menjalar berbatang bulat, beruas, dan berlubang di tengahnya ini ternyata tidak hanya lezat saat disantap dalam bentuk tumis atau model masakan lain. Lebih dari itu tanaman ini sangat bermanfaat membantu menyernbuhkan penyakit tertentu. Seorang pakar kesehatan dari Filipina, Herminia de Guzman Ladion, memasukkan kangkung dalam kelompok "Tanaman Penyembuh Ajaib Selain menyembuhkan penyakit seperti sembelit karena kandungan seratnya yang tinggi, juga bermanfaat mengatasi masalah seperti sulit tidur, mimisan, keracunan makanan, dan lain-lainnya Menurut Dr. R.A. Seno Sastroamidjojo, MD, nilai nutrisi 100 gram kangkung yang direbus tanpa garam adalah air 91,2 gr, energi 28 kcal, protein 1,9 gr, lemak 0,4 gr, karbohidrat 5,63 gr, serat 2 gr, dan ampas 0,87 gr.
c. Kandungan kimia
Mineral, vitamin A, B,C, asam amino, kalsium, fosfor, karoten, dan zat besi.
d. Kegunaan
Antiracun, peluruh, perdarahan, diuretik (pelancar kencing), antiradang, dan sedatif (penenang/obat tidur), Sebab itu tidak heran bila kita mudah mengantuk setelah makan banyak dengan menu utama kangkung. Mengurangi haid yang terlalu banyak, mengatasi keracunan makanan, kencing darah, anyang-anyangan (kencing sedikit-sedikit dan rasanya nyeri), mimisan, sulit tidur, dan wasir berdarah. Sebagai obat luar, kangkung bisa digunakan untuk mengobati bisul, kapalan, dan radang kulit bernanah
e. Kunci determinan
1.b….2.b…3.b….4.b…6.b….7.b…9.b….10.b…11.b…12.b…13.b…14.b…15.a…109.b…119.b…120.a…121.a…122.b…123.b (Convolvulaceae)
8. Daun Mangkokan (Nothophanax scutellaris)
a. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Nothopanax
Jenis : Nothopanax scutellaris
b. Morfologi
Dimana tanaman ini merupakan tanaman yang banyak ditemukan pada dataran tinggi yang merupakan daun tunggal berbentuk bulat berlekuk, letak daunnya beranak daun 1, tepi daunnya bergerigi, pertulangan daunnya menyirip berwarna hijau. Bentuk batangnya bulat (teres), panjang dan lurus, arah tumbuh batangnya monopodial, berwarna coklat, batangnya berkayu dan bercabang. Jenis akar tunggang, berwarna coklat, dan arah perakarannya tumbuh kebawah.
c. Kunci Determinasi
1b…,2b…,3b…,4b…,6b…,7b…,9b…,10b…,12b…,13a…,14a…,15b…197b…208a…, 209b….210b…211a….212b…213a…(Araliaceae)
d. Kegunaan
masyarakat Sumatra banyak menggunakan daun mangkokan muda sebagai campuran gulai otak atau gulai ikan, selain itu dauin ini juga enak diolah menjadi cam[uran urap, campuran pepes maupun pecel. Daun mudanya bisa dimakan mentah sebagai lalapan dengan sambal. Aromanya khas seperti daun kenikir. Aroma daun mangkokan dapat mengurangi aroma amis pada hidangan ikan dan jerowan maupun daging. Daun mangkokan juga dapat digunakan sebagai penyubur rambut, radang payudara, sukar kencing, bau badan, luka, pembengkakan dan melancarkan pengeluaran asi.
e. Kandungan Kimia
Batang dan daun mengandung kalsium-oksalat, peroksidase, amygdalin fosfor, besi, lemak, protein serta vitamin A, B1 dan C
Cara Kerja
Pemeriksaan makroskopik sediaan jamu
Dikeluarkan seluruh bahan jamu dari kemasannya kemudian, ditimbang berat totalnya lalu diamati satu persatu yang ada dan dipisahkan menurut jenis simplisianya serta ditimbang beratnya masing-masing kemudian dibandingkan hasil pengamatan dengan heksel pembanding dan digambar hasil pengamatan sampel selanjutnya dihitung persentase masing-masing simplisia dalam jamu kemudian ditulis klasifikasinya, kandungannya, dan khasiat dari masing-msing simplisia yang ada pada sampel.
Pemeriksaan mikroskopik sediaan jamu
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan, dikeluarkan seluruh bahan jamu dari kemasannya, lalu sampel diamati dibawah mikroskop. Kemudian dibandingkan hasil pengamatan dengan serbuk sediaan pembanding yang tersedia di Laboratorium. Gambar hasil pengamatan sampel dan tulis klasifikasi, kandungan kimia dan khasiat dari masing-masing simplisia yang ada pada sampel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Pemeriksaan Makroskopis suatu Sediaan Jamu
KS NAMA SAMPEL GAMBAR
SAMPEL ORGANOLEPTIK
BENTUK BAU WARNA RASA
MT 01 Feoniculi vulgare
KERING
AROMATIK KUNING ASIN
EC 02 Piper cubeba KERING TDK BERBAU COKELAT TDK BERASA
WN 03 Piper retrofracticum KERING AROMATIK COKELAT PEDIS
UM 04 Cordia oblique PADAT AROMATIK HITAM PAHIT
DJ 05 Coriandrum sativum PADAT AROMATIK KUNING PAHIT
AD 06 Gallae fructus PADAT AROMATIK COKELAT PAHIT
PS 07 Myristica fragrans KERING AROMATIK COKELAT HAMBAR
EL 08 Nigella sativum PADAT TDK BERBAU HITAM HAMBAR
QR 09 Sappan lignum KERING AROMATIK ORANGE HAMBAR
PR 10 Usnea tallus KERING KHELAT COKELAT HAMBAR
HR 11 Isorae fructus KERING AROMATIK COKELAT HAMBAR
IM 12 Languatis rhizome KERING TDK BERBAU KUNING HAMBAR
SR 13 Punica cortex PADAT TDK BERBAU COKELAT PAHIT
MU 14 Zingiber aromaticum PADAT AROMATIK KUNING PAHIT
PS 15 Melaleuca fructus BULAT TDK BERBAU COKELAT TDK BERASA
PENGELOMPOKKAN BAHAN BAKU JAMU BERDASARKAN AKTIVITAS DAN KANDUNGAN KIMIANYA
KODE SAMPEL
(KS) NAMA SIMPLISIA KANDUNGAN KIMIA KHASIAT
MT 01 Feoniculi vulgare m.atsiri, anetol, fenkon, pinen, limonen TBC, flatus, dingin dan dahak, menyehatkan saluran cerna
EC 02 Piper cubeba m.atsiri, asam kubebat, piperina Mengobati asma, gangguan jantung, disentri
WN 03 Piper retrofracticum Piperin, chavlonia, palmatic Analgetik, obat sakit perut.
UM 04 Cordia oblique Tannin,metil pelatanin Astringent, untuk sesak napas
DJ 05 Coriandrum sativum Sabinene, myrcene, terpinene, ocmene Meredakan pusing, influenza, muntah-muntah. Wasir
AD 06 Gallae fructus m.atsiri, tannin, kaukol Antipiretik, sembelit, demam.
PS 07 Myristica fragrans m.atsiri,gliserida, protein, lemak, pati Histeri, sembelit, sulit tidur, perut kembung.
EL 08 Nigella sativum m.atsiri, m.lemak, d-limonea, simen, glukosida, saponin, jigelin, timokanom Pelangsing, karminatif, kembung, sakit perut.
QR 09 Sappan lignum Saponin, m.atsiri, flavonoid Obat sesak nafas, penghilang bau mulut.
PR 10 Usnea tallus As.usnin, licherin Kembung, sariawan dan disentri
HR 11 Isorae fructus Alkaloid, saponin Pencegah tumor dan kanker
IM 12 Languatis rhizome m.atsiri Rematik, sakit limpa, panu, bronchitis, gairah seks, nafsu makan
SR 13 Punica cortex Alkaloid, zat penyamak Keputihan antiseptic
MU 14 Zingiber aromaticum Inulin, zat pedas, piperin Mencegah keguguran dan mengatur menstruasi
PS 15 Melaleuca fructus m.atsiri, melaleucin Meningkatkan nafsu makan, karminatif, obat sakit perut.
2. Pemeriksaan Mikroskopik Sediaan Jamu Godog Galian super
Identifikasi Mikroskopik Simplisia Dalam sediaan jamu
KS Nama sampel Nama simplisa Warna serbuk Fragmen identitas Identitas lain yang spesifik
RK Rimpang kunyit Curcuma Rhizoma Kuning Rambut penutup pada butir patu Selapis sel pipih bentuk polygonal
DB Daun beluntas Plucheae Folium hijau Bentuk batang dan jamur Mempunyai minyak atsiri
Pengelompokkan bahan baku jamu berdasarkan aktvitas dan kandungan kimianya
No Nama sampel Nama simplisia Kandungan kimia Khasiat
1 Rimpang kunyit Curcuma Rhizoma Kurkumin, dihidrokurkumin, desmetroksi Diabetes mellitus, usus buntu, disentri
2 Daun beluntas Plucheae Folium Minyak atsiri Untuk penyembuh bau badan, sakit perut, keputihan
PEMBAHASAN
Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia nabati ialah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum merupakan zat kimia murni.
Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia pelikan (mineral) ialah simplisia yang berupa bahan-bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau galenik, atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Bahan baku adalah simplisia, sediaan galenik, bahan tambahan atau bahan lainnya, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, yang berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat tradisional, walaupun tidak semua bahan tersebut terdapat dalam produk ruahan.
Prosedur Analisis
Uji Organoleptis dan Uji Makroskopik
Dilakukan uji organoleptis dengan mengamati bau, rasa, warna serta kelarutan jamu.
Dilakukan uji makroskopik dengan mengamati struktur dari simplisia bahan baku dari sediaan jamu yang dianalisis.
Hasil pengamatan dicatat dan dilaporkan dalam bentuk tabel.
Uji Mikroskopik
Dipersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan.
Sediaan jamu dalam bentuk rajangan dan serbuk dihaluskan, bagian serbuk halus diletakkan diatas object glass (dibuat 2 preparat).
Preparat pertama ditetesi dengan kloroform dan preparat kedua ditetesi dengan fluoroglusin, kemudian difiksasi dengan lampu spiritus.
Diletakkan deck glass pada tiap preparat, lalu diamati pada mikroskop dengan perbesaran 10 X 10.
Diamati dan dicatat pengamatan mikroskopik sampel,
Pemeriksaan Makroskopik sediaan jamu. Pada percobaan ini, akan dilakukan pemeriksaan mikroskopik dan makroskopik terhadap simplisia penyusun sediaan jamu, dimana pemeriksaan secara mikroskopik adalah salah satu metode pemeriksaan terhadap suatu tanaman atau simplisia untuk mengetahui kandungan kimia maupun fragmen-fragmen penyusunnya, yang mana bagian-bagian tersebut hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop.
Adapun jamu yang akan diidentifikasi penyusunnya adalah jamu keputihan. Jamu keputihan adalah jamu berbentuk serbuk. Jamu ini terdiri dari beberapa jenis simplisia yang memiliki khasiat farmakologis yang berbeda-beda yaitu biji pala, buah kayu putih, buah adas, jintan hitam, kemukus, ketumbar, lengkuas, kulit buah delima, kayu angin, lempuyang wangi, buah cabe jawa, buah kendal, buah gallae, kayu sappan, buah kayu ulin dan dalam kombinasinya dapat digunakan sebagai bahan pengobatan untuk mencegah dan mengobati keputihan, mengurangi berat badan.
Pemeriksaan mikroskopik sediaan jamu. Pada percobaan ini dilakukan pemeriksaan anatomi dari sediaan jamu pelangsing dimana kita melihat jaringan anatomi dari penyusun serbuk jamu pelangsing dengan menggunakan mikroskop. Pertama-tama serbuk simplisia yang akan diamati terlebih dahulu ditetesi dengan air, dan ada pula yang ditambahkan dengan kloralhidrat. Penembahan air maupun kloralhidrat dimaksudkan untuk memudahkan kita dalam pengamatan. Melalui penambahan tersebut diharapkan fragmen-fragmen dari serbuk simplisia yang diamati mudah terlihat dengan jelas dibawah mikroskop.
Pada pengamatan mikroskopik dikeluarkan seluruh bahan jamu dari kemasannya kemudian, ditimbang berat totalnya lalu diamati satu persatu yang ada dan dipisahkan menurut jenis simplisianya serta ditimbang beratnya masing-masing kemudian dibandingkan hasil pengamatan dengan haksel pembanding dan digambar hasil pengamatan sampel selanjutnya dihitung persentase masing-masing simplisia dalam jamu kemudian ditulis klasifikasinya, kandungannya, dan khasiat dari masing-msing simplisia yang ada pada sampel.
Obat tradisional tidak boleh mengandung bahan kimia obat (BKO).
Berdasarkan hasil pengawasan obat tradisional melalui sampling dan pengujian laboratorium tahun 2006, Badan POM menemukan sebanyak 93 produk obat tradisional yang dicampur dengan bahan kimia obat keras seperti Fenilbutazon, Metampiron, Deksametason, CTM, Allopurinol, Sildenafil Sitrat, Sibutramin Hidroklorida dan Parasetamol.
Mengkonsumsi obat tradisional mengandung Bahan Kimia Obat Keras membahayan kesehatan bahkan mematikan. Pemakaian obat keras, harus melalui resep dokter.
Berbagai resiko dan efek yang tidak diinginkan dari penggunaan Bahan Kimia Obat Keras tanpa pengawasan dokter, telah dilaporkan.
Kegiatan memproduksi dan atau mengedarkan obat tradisional yang mengandung Bahan Kimia Obat, melanggar Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang dapat dikenakan sanksi dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan atau denda paling banyak 2(dua) miliar rupiah.
Pada dasarnya pembagian obat-obatan alami hingga saat ini, dapat dikelompokkan atas 3 yaitu:
Jamu-jamuan Suatu sediaan obat yang berasal dari bahan alam tanpa tambahan bahan kimia (sintetis) lainnya, yang penggunaannya berdasarkan kepercayaan masyarakat secara turun temurun selama berpuluh hingga beratus tahun. Jamu-jamuan tidak memerlukan pengujian apapun, baik preklinis maupun klinis.
Herbal terstandar Merupakan sediaan jamu-jamuan yang telah diuji di laboratorium secara pre klinis, yaitu dengan menggunakan hewan-hewan percobaan. Seperti mencit, tikus, kelinci, monyet, kuda, dsb. Sediaan ini telah diketahui khasiatnya melalui hewan-hewan percobaan namun belum diuji langsung khasiatnya terhadap manusia. Sediaan ini juga telah distandarisasi, baik proses pembuatan hingga pengemasan sehingga setiap batch produk memiliki standar tersendiri yang tidak berubah-ubah.
Fitofarmaka Berawal dari sediaan jamu-jamuan yang kemudian distandarisasi dan diuji preklinis hingga dikatakan sebagai ‘herbal terstandar’. Kemudian dilakukan pula uji klinis terhadap manusia, jika berhasil maka sediaan ini dapat dikatakan sebagai Fitofarmaka. Jadi dapat dikatakan penggunaan fitofarmaka sudah memiliki dasar ilmiah yang jelas dan telah melewati uji preklinis dan klinis sehingga efektivitasnya lebih terpercaya.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Pemeriksaan Makroskopik dan mikroskopik Sediaan Jamu
Pada pemeriksaan makroskopik Jamu terdiri dari beberapa jenis simplisia yang memiliki khasiat farmakologis yang berbeda-beda, yaitu biji pala, buah kayu putih, buah adas, jintan hitam, kemukus, ketumbar, lengkuas, kulit buah delima, kayu angin, lempuyang wangi, buah cabe jawa, buah kendal, buah gallae, kayu sappan, buah kayu ulin dan dalam kombinasinya dapat digunakan sebagai bahan pengobatan untuk mencegah dan mengobati keputihan, mengurangi berat badan.
Saran
Semoga laboratorium farmakognosi ke depannya lebih lengkap lagi baik dalam hal kelengkapan alat maupun bahan-bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Asni, 2009. “Penuntun Praktikum farmakognosi II” UMI-Press : Makassar
Anonym, 2008. http://www.depkes.go.id/ downloads/
Dirjen POM. 1989. “ Materi Medika Indonesia “ Departemen Kesehatan Republik Indonesia. : Jakarta
Gembog, 2001, Morfologi Tumbuhan, Universitas Gajah Mada, Jakarta.
Hargono, michael.2005. Sediaan Galenik, Bukit Husada, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Iskandar S., 2005. Wawasan Ilmu Farmasi. Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia. Makassar
Sudjadi, Drs., 1986, "Metode Pemisahan", UGM Press, Yogyakarta.
Tjirisoepomo, gembong. 1979.Taksonomi Tumbuhan. Universitas Gajah mada ; Yokyakarta.
Wijaya H. M. Hembing. 1992. ”Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia”, Cet 1 :Jakarta .
www.google.com
Logo Jamu:
Logo Obat Herbal terstandar :
Logo Fitofarmaka
Pemeriksaan Makroskopik dan mikroskopik Sediaan Jamu
a. gambar mikroskopik/foto serbuk jamu
Serbuk simplisia pembanding
1. Plucheae Folium ( daun beluntas )
Menurut literature (materia
Medika terapi) :
Epidermis atas terlihat
Intergral
Epidermis bawah
Rambut penutup
Rambut penutup dan
Rambut kelenjar
Serabut
Pembuluh kayu berpembuluh
2. Curcuma Rhizoma ( rimpang kunyit )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar