Rabu, 21 Maret 2012

Uji Aktivitas Antioksidan Dan Toksisitas Ekstrak Metanol Beberapa Jenis Benalu


Uji Aktivitas Antioksidan Dan Toksisitas
Ekstrak Metanol Beberapa Jenis Benalu


Akhmad Darmawan, Andini Sundowo, Sofa Fajriah, Nina Artanti
Pusat Penelitian Kimia – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Kawasan PUSPIPTEK, Serpong – Tangerang 15314


Abstrak

Gerakan kembali ke alam ”back to nature ” yang kini semakin banyak dilakukan baik oleh negara-negara maju maupun berkembang termasuk di dalamnya Indonesia, telah memberikan semangat baru bagi kalangan para peneliti yang berkecimpung di dalam bidang tersebut. Banyak tanaman obat di Indonesia yang belum dikembangkan, diantaranya adalah benalu. Banyak orang percaya bahwa benalu dapat digunakan sebagai obat kanker, padahal terdapat banyak jenis benalu yang hidup di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan ekstraksi dan uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH serta uji toksisitas dengan menggunakan metode BSLT terhadap 5 (lima) jenis benalu yang berbeda yaitu Dendrophthoe pentandra L. Miq., Scurulla sp., Macrosolen cochinchinensis, Helixanthera setigera, dan Dendrothrophe of Umbullata.
Dari hasil uji aktivitas antioksidan dapat diketahui bahwa kelima jenis benalu tersebut di atas mempunyai aktivitas antioksidan yang beragam, ini dapat di lihat dari nilai IC50 yang diperoleh masing-masing 26,7; 66,8; 118,2; 62,9; dan 23,9 ppm. Sementara dari hasil uji toksisitas hanya benalu jenis Dendrotrophe of Umbullata yang bersifat toksik dengan nilai LD50 sebesar 407.38 ppm.

Kata kunci : benalu, antioksidan, toksisitas


Pendahuluan

Indonesia adalah salah satu negara mega biodiversity dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam, namun hanya sebagian kecil yang telah diekplorasi, diteliti serta dimanfaatkan. Penyakit degeneratif seperti kanker, tekanan darah tinggi, penyakit gula, dan lain sebagainya semakin banyak dan mudah ditemui di kalangan masyarakat kita, pada dasarnya penyakit degeneratif tersebut diakibatkan karena proses metabolisme tubuh yang menghasilkan radikal bebas berlebihan sehingga mengakibatkan kerusakan pada fungsi sel-sel tubuh (Helliwel dan Gutteridge, 1989). Berbagai macam jenis obat telah diproduksi, baik merupakan hasil sintesis kimia maupun dari sumber daya alam.
Tanaman obat di Indonesia telah lama dikenal dan gunakan secara turun temurun dan diwariskan dari satu geerasi ke generasi berikutnya, namun hanya sebagian kecil yang telah diteliti secara tuntas perihal kandungan senyawa aktifnya, aktivitasnya (aik secara in vitro maupun in vivo) maupun cara kerjanya.
Benalu adalah salah satu tanaman obat yang banyak terdapat di berbagai daerah di Indonesia, dan belum banyak diteliti. Benalu telah dikenal dan diketahui oleh masyarakat luas sebagai salah satu tanaman yang mempunyai khasiat sebagai obat penyakit kanker, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya jenis ramuan daun benalu yang diperjualbelikan (khususnya benalu teh). Berdasarkan atas informasi tersebut di atas dan untuk menunjang serta melengkapi informasi yang bermanfaat mengenai tanaman obat benalu ini, maka dilakukan penelitian yang berhubungan dengan tanaman benalu ini. Dalam penelitian ini dilakukan proses ekstraksi dari 5 (lima) benalu dengan jenis yang berbeda yaitu Dendrophthoe pentandra L. Miq., Scurulla sp., Macrosolen cochinchinensis, Helixanthera setigera, dan Dendrothrophe of Umbullata, serta dilakukan pengujian terhadap aktivitas antioksidan serta toksisitas terhadap kelima sampel benalu dengan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH (DPPH free radical scavenging effect) dan BSLT (brine shrimp lethality test), untuk mengetahui tingkat aktivitas antioksidan serta tingkat toksisitasnya.

Bahan dan Alat
Bahan : yang digunakan adalah sampel 5 jenis benalu yang berbeda (Dendrophthoe pentandra L. Miq., Scurulla sp., Macrosolen cochinchinensis, Helixanthera setigera, dan Dendrothrophe of Umbullata), methanol, air laut, etanol, DPPH.
Alat : yang digunakan adalah tabung reaksi, pipet, vortek, spektrofotometer, kuvet.

Metodologi
Pada penelitian ini dilakukan 2 (dua) buah pengujian aktivitas, dengan terlebih dahulu dilakukan proses ekstraksi sampel menggunakan pelarut organic methanol, yaitu aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH (DPPH free radical scavenging effect) dan pengujian toksisitas dengan menggunakan metode BSLT (brine shrimp lethality test).
Ekstraksi : ekstraksi dilakukan terhadap sampel benalu dengan cara maserasi menggunakan pelarut organik methanol, untuk kemudian ekstrak methanol cair sampel tersebut di pekatkan menggunakan rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak pekat methanol untuk kemudian di lakukan preparasi dan persiapan pengujian antioksidan dan toksisitas.
Antioksidan : pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH (Hatano, 1988 dan Yeh-Cen 1995) yang mendasarkan prinsip kerjanya pada sampel (mengandung senyawa bersifat antioksidan) yang dapat meredam radikal bebas (DPPH). Mekanisme reaksi metode DPPH adalah sebagai berikut :
 
 




                                    Antioksidan

1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil                                          1,1-Difenil-2-picrilhidrazin

Sampel dibuat dilarutkan dalam pelarut methanol atau aquadest, dibuat dengan 4 (empat) konsentrasi berbeda, ditambah dengan DPPH (sebagai sumber radikal bebas), kemudian diinkubasi pada suhu 37ÂșC selama 30 menit, lalu diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 317 nm.
Toksisitas : pengujian toksisitas dilakukan dengan menggunakan metode BSLT (brine shrimp lethality test), telur udang Artemisia salina Leach. Ditetaskan dalam air laut dengan bantuan lampu TL, kemudian larva udang yang telah menetas dan berusia kurang lebih 48 jam, dimasukkan ke dalam sampel yang dibuat dalam 3 (tiga) konsentrasi berbeda) dengan menggunakan pelarut air laut. Kemudian jumlah larva udang yang mati dan yang masih hidup di hitung untuk kemudian digunakan untuk menetukan tingkat toksisitasnya (LD50).




Hasil dan Pembahasan
Dari uji aktivitas antioksidan diperoleh hasil sebagai berikut :

Jenis Benalu
IC50 (ppm)
Keterangan
Scurulla sp.
26.684
aktif
Dendrothrophe of Umbullata
66.809
aktif
Helixanthera setigera
118.157
aktif
Macrosolen cochinchinensis
62.991
aktif
Dendrophthoe pentandra
23.944
aktif

hasil tersebut menunjukkan bahwa dari kelima benalu yang berasal dari jenis yang berbeda memberikan hasil aktivitas antioksidan yang juga berbeda, namun dari kelima jenis benalu tersebut hanya jenis benalu Scurulla sp. dan Dendrophthoe pentandra yang memberikan hasil aktivitas antioksidan yang cukup tinggi dengan IC50 sebesar 26,7 dan 23,9 ppm, sementara benalu Dendrothrophe of Umbullata dan Macrosolen cochinchinensis juga mempunyai aktivitas antioksidan yang cukup aktif dengan nilai IC50 sebesar 66,8 dan 62,9 ppm, dan hanya benalu Helixanthera setigera yang mempunyai aktivitas antioksidan lebih rendah dibandingkan benalu lainnya dengan IC50 sebesar 118,2 ppm. Namun secara keseluruhan, dari kelima jenis benalu yang dilakukan pengujian aktivitas antioksidannya dengan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH dapat diketahui bahwa semua benalu tersebut mempunyai aktivitas antioksidan.
Berbeda dengan hasil yang diperoleh pada pengujian aktivitas antioksidan, pada pengujian tingkat toksisitas dengan menggunakan metode BSLT, diperoleh hasil sebagai berikut :

Jenis Benalu
LD50 (ppm)
Keterangan
Scurulla sp.
>1000
tidak toksik
Dendrothrophe of Umbullata
821.67
toksik
Helixanthera setigera
>1000
tidak toksik
Macrosolen cochinchinensis
>1000
tidak toksik
Dendrophthoe pentandra
>1000
tidak toksik

dari hasil tersebut di atas terlihat bahwa hanya benalu jenis Dendrothrophe of Umbullata yang mempunyai tingkat toksisitas yang aktif walaupun berada pada tingkat aktivitas yang relative rendah (dengan asumsi perhitungan tingkat LD50 > 1000 dinyatakan tidak toksik).
Berdasarkan pada kedua hasil pengujian tersebut dapat diketahui bahwa kelima jenis benalu yang diuji, semunya memiliki potensi sebagai sumber antioksidan alami yang diharapkan dapat dikembangkan dan diteliti lebih lanjut, terlebih juga kelima jenis benalu tersebut juga tidak memiliki sifat toksik kecuali untuk benalu Dendrothrophe of Umbullata yang sedikit toksik, sehingga relatif aman untuk dikonsumsi oleh tubuh jika berhasil dikembangkan sebagai sumber antioksidan alami.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antioksidan dan toksisitas terhadap 5 (lima) macam benalu dari jenis yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa kelima jenis benalu tersebut mempunyai potensi sebagai sumber antioksidan alami terlebih lagi dengan tingkat toksisitas negative yang dimilikinya, akan lebih menguntungkan jika dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai sumber antioksidan alami, namun tentunya semuanya masih memerlukan penelitian dan pengujian yang lebih lanjut sebelum akhirnya dapat dimanfaatkan.

Daftar Pustaka.
Akhmad Darmawan, 2004. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Aktif ANtioksidan Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) Dari Ekstrak Daun Benalu Cemara (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq.)
Jamilah, 2003. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Sitotoksik Dari DAun Benalu Duku, Macrosolen cochinchinensis (Lour.) van Tiegh., Tesis Magister Sains Ilmu Kimia, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
Windono, T., S. Soediman, U. Yudawati, E. Ermawati, A. Srielita, T.I. Erowati, 2001. Uji Peredaman Radikal Bebas Terhadap 1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) dari ekstrak Kulit Buah dan Biji Anggur (Vitis vinifera L.) Probolinggo Biru dan Bali. Artocarpus Media Phrmaceutica Indonesiana. Hal. 34-43.
Helliwel, B. dan J.M.C. Gutteridge, 1999. Free radical in Biology and Medicine. 3rd ed. Oxford: University press. Hal. 23-31, 105-115.
Santa, I.G.P. 1998. STudi Kemotaksonomi-Farmakognosi Benalu Antikanker Scurulla atropurpurea (Bl.) Dans. Dan Dendrophthoe pentandra (L.) Miq., Warta Tumbuhan Obat Indonesia. The Journal on Indonesian Medicinal Plants, Vol. 4. No. 4. Hal 14-15.
Yen, G.C. dan H.Y. Chen. 1995. Antioxidant Activity of Various Tea Extracts in Relation to Their Antimutagenicity. J. Agric. Food. Chem. Hal 27-32.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar