Uji Aktivitas Antioksidan Dan Toksisitas
Ekstrak Metanol
Beberapa Jenis Benalu
Akhmad Darmawan,
Andini Sundowo, Sofa Fajriah, Nina Artanti
Pusat Penelitian Kimia – Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia
Kawasan PUSPIPTEK, Serpong – Tangerang 15314
Abstrak
Gerakan kembali ke alam ”back to nature ” yang kini semakin
banyak dilakukan baik oleh negara-negara maju maupun berkembang termasuk di
dalamnya Indonesia, telah memberikan semangat baru bagi kalangan para peneliti
yang berkecimpung di dalam bidang tersebut. Banyak tanaman obat di Indonesia
yang belum dikembangkan, diantaranya adalah benalu. Banyak orang percaya bahwa
benalu dapat digunakan sebagai obat kanker, padahal terdapat banyak jenis
benalu yang hidup di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan
ekstraksi dan uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH serta uji toksisitas
dengan menggunakan metode BSLT terhadap 5 (lima) jenis benalu yang berbeda
yaitu Dendrophthoe pentandra L. Miq.,
Scurulla sp., Macrosolen cochinchinensis, Helixanthera
setigera, dan Dendrothrophe of
Umbullata.
Dari hasil uji aktivitas
antioksidan dapat diketahui bahwa kelima jenis benalu tersebut di atas
mempunyai aktivitas antioksidan yang beragam, ini dapat di lihat dari nilai IC50
yang diperoleh masing-masing 26,7; 66,8; 118,2; 62,9; dan 23,9 ppm. Sementara
dari hasil uji toksisitas hanya benalu jenis Dendrotrophe of Umbullata yang bersifat toksik dengan nilai LD50
sebesar 407.38 ppm.
Kata kunci : benalu, antioksidan,
toksisitas
Pendahuluan
Indonesia adalah
salah satu negara mega biodiversity dengan kekayaan alam yang melimpah dan
beraneka ragam, namun hanya sebagian kecil yang telah diekplorasi, diteliti
serta dimanfaatkan. Penyakit degeneratif seperti kanker, tekanan darah tinggi, penyakit
gula, dan lain sebagainya semakin banyak dan mudah ditemui di kalangan
masyarakat kita, pada dasarnya penyakit degeneratif tersebut diakibatkan karena
proses metabolisme tubuh yang menghasilkan radikal bebas berlebihan sehingga
mengakibatkan kerusakan pada fungsi sel-sel tubuh (Helliwel dan Gutteridge,
1989). Berbagai macam jenis obat telah diproduksi, baik merupakan hasil
sintesis kimia maupun dari sumber daya alam.
Tanaman obat di
Indonesia telah lama dikenal dan gunakan secara turun temurun dan diwariskan
dari satu geerasi ke generasi berikutnya, namun hanya sebagian kecil yang telah
diteliti secara tuntas perihal kandungan senyawa aktifnya, aktivitasnya (aik
secara in vitro maupun in vivo) maupun cara kerjanya.
Benalu adalah
salah satu tanaman obat yang banyak terdapat di berbagai daerah di Indonesia,
dan belum banyak diteliti. Benalu telah dikenal dan diketahui oleh masyarakat
luas sebagai salah satu tanaman yang mempunyai khasiat sebagai obat penyakit
kanker, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya jenis ramuan daun benalu yang
diperjualbelikan (khususnya benalu teh). Berdasarkan atas informasi tersebut di
atas dan untuk menunjang serta melengkapi informasi yang bermanfaat mengenai
tanaman obat benalu ini, maka dilakukan penelitian yang berhubungan dengan
tanaman benalu ini. Dalam penelitian ini dilakukan proses ekstraksi dari 5
(lima) benalu dengan jenis yang berbeda yaitu Dendrophthoe pentandra L. Miq., Scurulla
sp., Macrosolen cochinchinensis, Helixanthera setigera, dan Dendrothrophe of Umbullata, serta
dilakukan pengujian terhadap aktivitas antioksidan serta toksisitas terhadap
kelima sampel benalu dengan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH (DPPH free
radical scavenging effect) dan BSLT (brine
shrimp lethality test), untuk mengetahui tingkat aktivitas antioksidan
serta tingkat toksisitasnya.
Bahan dan Alat
Bahan : yang digunakan adalah sampel 5
jenis benalu yang berbeda (Dendrophthoe
pentandra L. Miq., Scurulla sp., Macrosolen cochinchinensis, Helixanthera setigera, dan Dendrothrophe of Umbullata), methanol, air
laut, etanol, DPPH.
Alat : yang digunakan adalah tabung
reaksi, pipet, vortek, spektrofotometer, kuvet.
Metodologi
Pada penelitian
ini dilakukan 2 (dua) buah pengujian aktivitas, dengan terlebih dahulu
dilakukan proses ekstraksi sampel menggunakan pelarut organic methanol, yaitu
aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH (DPPH free radical scavenging effect) dan
pengujian toksisitas dengan menggunakan metode BSLT (brine shrimp lethality test).
Ekstraksi : ekstraksi dilakukan terhadap
sampel benalu dengan cara maserasi menggunakan pelarut organik methanol, untuk
kemudian ekstrak methanol cair sampel tersebut di pekatkan menggunakan rotary
evaporator sampai diperoleh ekstrak pekat methanol untuk kemudian di lakukan
preparasi dan persiapan pengujian antioksidan dan toksisitas.
Antioksidan : pengujian aktivitas
antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH
(Hatano, 1988 dan Yeh-Cen 1995) yang mendasarkan prinsip kerjanya pada sampel
(mengandung senyawa bersifat antioksidan) yang dapat meredam radikal bebas
(DPPH). Mekanisme reaksi metode DPPH adalah sebagai berikut :
|
Antioksidan
1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil 1,1-Difenil-2-picrilhidrazin
Sampel dibuat
dilarutkan dalam pelarut methanol atau aquadest, dibuat dengan 4 (empat)
konsentrasi berbeda, ditambah dengan DPPH (sebagai sumber radikal bebas),
kemudian diinkubasi pada suhu 37ÂșC selama 30 menit, lalu diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 317 nm.
Toksisitas : pengujian toksisitas
dilakukan dengan menggunakan metode BSLT (brine
shrimp lethality test), telur udang Artemisia
salina Leach. Ditetaskan dalam air laut dengan bantuan lampu TL, kemudian
larva udang yang telah menetas dan berusia kurang lebih 48 jam, dimasukkan ke dalam
sampel yang dibuat dalam 3 (tiga) konsentrasi berbeda) dengan menggunakan
pelarut air laut. Kemudian jumlah larva udang yang mati dan yang masih hidup di
hitung untuk kemudian digunakan untuk menetukan tingkat toksisitasnya (LD50).
Hasil dan Pembahasan
Dari uji aktivitas antioksidan
diperoleh hasil sebagai berikut :
Jenis Benalu
|
IC50 (ppm)
|
Keterangan
|
Scurulla sp.
|
26.684
|
aktif
|
Dendrothrophe of
Umbullata
|
66.809
|
aktif
|
Helixanthera
setigera
|
118.157
|
aktif
|
Macrosolen
cochinchinensis
|
62.991
|
aktif
|
Dendrophthoe
pentandra
|
23.944
|
aktif
|
hasil tersebut
menunjukkan bahwa dari kelima benalu yang berasal dari jenis yang berbeda
memberikan hasil aktivitas antioksidan yang juga berbeda, namun dari kelima
jenis benalu tersebut hanya jenis benalu Scurulla
sp. dan Dendrophthoe pentandra
yang memberikan hasil aktivitas antioksidan yang cukup tinggi dengan IC50
sebesar 26,7 dan 23,9 ppm, sementara benalu Dendrothrophe
of Umbullata dan Macrosolen
cochinchinensis juga mempunyai aktivitas antioksidan yang cukup aktif
dengan nilai IC50 sebesar 66,8 dan 62,9 ppm, dan hanya benalu Helixanthera setigera yang mempunyai
aktivitas antioksidan lebih rendah dibandingkan benalu lainnya dengan IC50
sebesar 118,2 ppm. Namun secara keseluruhan, dari kelima jenis benalu yang
dilakukan pengujian aktivitas antioksidannya dengan menggunakan metode
peredaman radikal bebas DPPH dapat diketahui bahwa semua benalu tersebut
mempunyai aktivitas antioksidan.
Berbeda dengan
hasil yang diperoleh pada pengujian aktivitas antioksidan, pada pengujian
tingkat toksisitas dengan menggunakan metode BSLT, diperoleh hasil sebagai
berikut :
Jenis Benalu
|
LD50 (ppm)
|
Keterangan
|
Scurulla sp.
|
>1000
|
tidak toksik
|
Dendrothrophe of
Umbullata
|
821.67
|
toksik
|
Helixanthera
setigera
|
>1000
|
tidak toksik
|
Macrosolen cochinchinensis
|
>1000
|
tidak toksik
|
Dendrophthoe
pentandra
|
>1000
|
tidak toksik
|
dari hasil
tersebut di atas terlihat bahwa hanya benalu jenis Dendrothrophe of Umbullata yang mempunyai tingkat toksisitas yang
aktif walaupun berada pada tingkat aktivitas yang relative rendah (dengan
asumsi perhitungan tingkat LD50 > 1000 dinyatakan tidak toksik).
Berdasarkan pada
kedua hasil pengujian tersebut dapat diketahui bahwa kelima jenis benalu yang
diuji, semunya memiliki potensi sebagai sumber antioksidan alami yang diharapkan
dapat dikembangkan dan diteliti lebih lanjut, terlebih juga kelima jenis benalu
tersebut juga tidak memiliki sifat toksik kecuali untuk benalu Dendrothrophe of Umbullata yang sedikit
toksik, sehingga relatif aman untuk dikonsumsi oleh tubuh jika berhasil
dikembangkan sebagai sumber antioksidan alami.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengujian aktivitas antioksidan dan toksisitas terhadap 5 (lima) macam
benalu dari jenis yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa kelima jenis benalu
tersebut mempunyai potensi sebagai sumber antioksidan alami terlebih lagi
dengan tingkat toksisitas negative yang dimilikinya, akan lebih menguntungkan
jika dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai sumber antioksidan alami, namun
tentunya semuanya masih memerlukan penelitian dan pengujian yang lebih lanjut
sebelum akhirnya dapat dimanfaatkan.
Daftar
Pustaka.
Akhmad
Darmawan, 2004. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Aktif ANtioksidan Metode
Peredaman Radikal Bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)
Dari Ekstrak Daun Benalu Cemara (Dendrophthoe
pentandra (L.) Miq.)
Jamilah,
2003. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Sitotoksik Dari DAun Benalu Duku, Macrosolen cochinchinensis (Lour.) van
Tiegh., Tesis Magister Sains Ilmu Kimia, Program Pasca Sarjana Universitas
Indonesia.
Windono,
T., S. Soediman, U. Yudawati, E. Ermawati, A. Srielita, T.I. Erowati, 2001. Uji
Peredaman Radikal Bebas Terhadap 1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) dari
ekstrak Kulit Buah dan Biji Anggur (Vitis
vinifera L.) Probolinggo Biru dan Bali. Artocarpus Media Phrmaceutica
Indonesiana. Hal. 34-43.
Helliwel, B. dan J.M.C.
Gutteridge, 1999. Free radical in Biology and Medicine. 3rd
ed. Oxford: University press. Hal. 23-31, 105-115.
Santa,
I.G.P. 1998. STudi Kemotaksonomi-Farmakognosi Benalu Antikanker Scurulla atropurpurea (Bl.) Dans. Dan Dendrophthoe pentandra (L.) Miq., Warta
Tumbuhan Obat Indonesia. The Journal on Indonesian Medicinal Plants, Vol. 4.
No. 4. Hal 14-15.
Yen,
G.C. dan H.Y. Chen. 1995. Antioxidant Activity of Various Tea Extracts in
Relation to Their Antimutagenicity. J. Agric. Food. Chem. Hal 27-32.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar