PEMANFAATAN TEPUNG
TEMU PUTIH (CURCUMA ZEDOARIA, ROSC) DALAM RANSUM DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PERFORMAN AYAM BROILER
(The Use of Curcuma
zedoaria,Rosc Meal In The Ration and Its Implication on Broiler Performance)
Tuti Widjastuti
Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran
ABSTRACT
The
research was held to study the effects of addition of Curcuma zedoaria,Rosc
meal in the ration on performance of broiler. The experiment used 100 broiler
day old chicken with a Completely Randomized Design (CRD). There were four kind of treatmens (R0 : Based ration + 0%
Curcuma zedoaria,Rosc meal, R1: Based ration +3,5%, R2:
Based ration + 4,5%, R3: Based ration + 5,5% of Curcuma zedoaria,Rocs
meal, where each treatment was repeated five times and each repeated consist
five broiler chicks. Variable analysis
were feed consumption, gain of body weight and feed conversion. Statistical
analysis indicated that addition of Curcuma zedoaria. Rosc meal did not
significantly affect (P>0.05) feed consumption, and significantly to gain on
body weight and feed conversion. It can be concluded that by using 4.5% of Curcuma
zedoaria. Rosc meal in the ration produced good performance of broiler.
Keys Words: Curcuma zedoaria,Rosc, performance,
broiler
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung Temu putih dalam
ransum terhadap performan ayam broiler. Penelitian menggunakan metode
eksperimental terhadap 100 ayam broiler umur satu hari dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Terdapat 4 perlakuan (R0
: Ransum dasar +0% tepung Temu putih, R1 Ransum dasar +3,5%
tepung Temu putih, R2: Ransum dasar +4,5% tepung Temu putih dan R3:
Ransum dasar + 5,5% tepung Temu putih, dengan lima ulangan dan tiap ulangan
sebanyak 5 ekor. Peubah yang diamati meliputi konsumsi ransum, pertambahan bobot
badan dan konversi ransum. Analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan
tepung Temu putih sampai taraf 5,5% tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
terhadap konsumsi ransum, namun berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot
badan dan konversi ransum. Kesimpulan penambahan tepung Temu putih tidak nyata
berpengaruh terhadap konsumsi ransum, namun penambahan tepung Temu putih sampai level 4,5%
dalam ransum ayam broiler memberikan hasil terbaik terhadap performan ayam
broiler .
Kata Kunci : Temu Putih, performan, broiler.
PENDAHULUAN
Broiler merupakan ternak
penghasil daging yang cukup potensial dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein hewani. Keberadaan
komoditas daging ayam yang berkualitas dituntut persyaratan bebas dari residu obat-obatan.
Guna memenuhi tuntutan konsumen berupa daging ayam berkualitas biasanya
dilakukan dengan manipulasi kandungan gizi atau sumber bahan tertentu di dalam
ransum. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah pemberian suatu bahan imbuhan atau suplemen.
Suplemen dimaksudkan untuk memacu
pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi pakan dengan mengurangi mikroorganisme
pengganggu atau meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan, yang ada
dalam saluran pencernaan ayam sehingga efisiensi penggunaan pakan akan
meningkat (Tarmudji,2004). Salah satu
suplemen yang dapat digunakan adalah Temu putih (Curcuma zedoaria.Rosc). Temu putih
(Curcuma zedoria.Rosc) merupakan
salah satu tanaman obat yang banyak digunakan sebagai komponen dalam pembuatan
jamu (Puslitbangtri, 1992 dalam Maheswari, 2002). Secara empirik rimpangnya
berkhasiat sebagai stomakhik atau memperkuat pencernaan dan selera makan,
merangsang gerakan usus dan menghilangkan perut kembung (Salim, 1985; Taryono,
dkk, 1987). Mengandung minyak atsiri dan komponen kurkuminoid (Departemen Kesehatan
RI, 1995; Soedibyo 1998; Kartika, 1999). Hasil kromatografi gas dan lapis tipis
Laboratorium Farmakognosi FMIPA, UNPAD (2001) menunjukkan bahwa kurkumin Temu
putih tidak terdektesi, sehingga nilai manfaatnya lebih pada fungsi dari minyak
atsiri. Minyak atsiri dapat membantu pencernaan dengan merangsang sistem saraf sekresi,
sehingga keluar getah lambung yang mengandung enzim seperti pepsin, trypsin,
lipase, amylase disekresikan kedalam lambung dan usus sehingga diharapkan dapat
meningkatkan metabolisme zat-zat makanan (Guenther, 1997). Mengingat kurkumin dalam Temu putih tidak
terdeteksi, maka efek atau kerja Temu putih lebih banyak kepada minyak
atsiri. Pengaruh racun oleh minyak
atsiri bagi tubuh ternak pada dosis yang berlebihan dapat menimbulkan depresi
system syaraf dan disusul dengan kematian (Guenther,1997). Sebagai pembanding,
penelitian Mansjoer (1997) mengenai penggunaan minyak atsiri Temu putih
(Curcuma zedoaria,Rosc) dosis 450 mg, 600
mg dan 800 mg/kg bobot badan terhadap tikus putih ternyata dua dari lima tikus
yang mendapat perlakuan minyak atsiri 800mg/kg bobot badan mati dan ini
dijadikan dasar pertimbangan penentuan kadar Temu putih dalam ransum. Adanya
efek minyak atsiri terhadap fungsi atau kerja saluran pencernaan khususnya usus
halus dan bersifat racun pada dosis yang berlebihan, maka penggunaan Temu putih
yang tepat diharapkan mampu meningkatkan metabolisme tubuh dan metabolisme yang
mempengaruhi sel-sel saluran pencernaan. Oleh karena itu penelitian ini
dilaksanakan untuk mempelajari efek dari penambahanan tepung Temu putih dalam
ransum terhadap performan ayam broiler.
MATERI
DAN METODE
Penelitian dilakukan selama 5
minggu, dilaksanakan di desa Jelekong, Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung,
dari bulan Pebruari sampai bulan Maret 2009.
Penelitian menggunakan 100 ekor ayam broiler umur satu hari strain Cobb
yang ditempatkan secara acak pada 20 petak kandang percobaan dengan ukuran 80 x
60 x 40 cm untuk 5 ekor. Setiap kandang
dilengkapi dengan tempat makanan, tempat minuman dan lampu pijar 40 watt,
masing-masing satu buah sebagai pemanas.
Bahan pakan yang digunakan untuk
menyusun ransum adalah konsentrat, jagung kuning, dedak padi, dan tepung Temu
putih. Susunan ransum penelitian dan kandungan nutrisi dan energi metabolis
ransum penelitian disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Susunan Ransum
Penelitian
Bahan Pakan
|
Perlakuan
|
|||
R0
|
R1
|
R2
|
R3
|
|
Konsentrat (%)
|
38
|
38
|
38
|
38
|
Jagung kuning (%)
|
54
|
54
|
54
|
54
|
Dedak padi (%)
|
8
|
8
|
8
|
8
|
Temu putih(%)
|
0
|
3,5
|
4,5
|
5,5
|
Tabel
2. Kandungan Nutrisi dan Energi Metabolis Ransum Penelitian
Kandungan Nutrisi
|
Perlakuan
|
|||
R0
|
R1
|
R2
|
R3
|
|
Protein kasar (%)
|
22,34
|
22,47
|
22,79
|
22,98
|
Lemak kasar (%)
|
4,22
|
4,70
|
4,98
|
5,18
|
Serat kasar (%)
|
5,06
|
5,16
|
5,36
|
5,67
|
Ca (%)
|
1,51
|
1,53
|
1,54
|
1,56
|
P (%)
|
0,78
|
0,79
|
0,79
|
0,79
|
Energi Metabolis (kkal/kg)
|
3018,44
|
3024,56
|
3028,59
|
3029,43
|
Selama penelitian ,ayam hanya
diberi air minum tanpa pemberian antibiotik dan vitamin kecuali vaksin. Vaksinasi
ND diberikan melalui tetes mata pada umur 3 hari dan vaksinasi gumboro dilakukan pada umur 14 hari dan vaksinasi ND
lasota diberikan pada umu 21 hari dengan cara injeksi. Parameter yang diukur adalah konsumsi ransum,
pertambahan bobot badan dan konversi ransum.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran penambahan Temu
putih dalam ransum ayam broiler berupa konsumsi ransum, pertambahan bobot badan
dan konversi ransum untuk masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot
Badan dan Konversi Ransum Ayam Broiler
Masing-masing Perlakuan
Parameter
|
Perlakuan
|
|||
R0
|
R1
|
R2
|
R3
|
|
Konsumsi
Ransum (g)
|
2545,35
a
|
2465,28 a
|
2426,16 a
|
2437,30 a
|
Pertambahan bobot
badan (g)
|
1480,13 a
|
1590,69 b
|
1656,21 b
|
1501,32
a
|
Konversi Ransum
|
1,71 a
|
1,55
b
|
1,47 b
|
1,62
a
|
Pengaruh perlakuan Terhadap
Konsumsi Ransum
Berdasarkan hasil analisis Sidik
ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai level tepung Temu putih dalam ransum
ayam broiler tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum. Hal tersebut menggambarkan bahwa keberadaan Temu
putih sampai taraf 5,5 % masih dapat direspon dengan baik dan cukup efektif
untuk memperoleh konsumsi ransum yang normal. Tidak terjadinya pengaruh yang
nyata terhadap konsumsi ransum karena ransum memiliki palatabilitas yang baik, dan
bentuk fisik ransum dalam bentuk crumble
serta mengandung serat kasar yang
rendah. Ransum yang mengandung tepung Temu putih menghasilkan aroma wangi karena Temu putih mengandung zat aktif yaitu
kurkumin dan minyak atsiri yang dapat meningkatkan napsu makan. Zat aktif
kurkumin dalam Temu putih mempunyai aktivitas kolagoga yang berfungsi
meningkatkan produksi dan sekresi empedu yang berguna untuk mengemulsikan lemak serta dapat
menurunkan kadar lemak tubuh. Sementara
minyak atsiri dalam Temu putih dapat merangsang peningkatan relaksasi usus
halus sehingga akan terjadi peningkatan pencernaan dan penyerapan zat-zat
makanan (Mahendra,2005).
Penggunaan tepung Ttemu putih
dalam ransum sampai 5,5% tidak menyebabkan penurunan konsumsi ransum. Ini berarti bahwa penggunaan tepung Temu
putih aman dikonsumsi dan Temu putih dapat digolongkan feed additive dan dapat direspon baik oleh ternak bersangkutan.
Pengaruh
Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan
Dari Tabel 3 terlihat bahwa rataan
pertambahan bobot badan pada perlakuan R1 ( 3,5% Temu putih) dan R 2
(4,5 % Temu putih) nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan
perlakuan R0, dan R3 .Bila dikaitkan dengan konsumsi
ransum antar perlakuan yang sama, ini berarti level Temu putih 3,5 – 4,5% dalam
ransum mampu meningkatkan pertambahan bobot badan, sedangkan pada level 5,5%
terjadi penurunan pertambahan bobot badan.
Hal ini adanya efek minyak atsiri terhadap kerja saluran pencernaan
khususnya usus halus dan bersifat racun pada dosis yang berlebihan. Pada perlakuan R3 terlihat adanya
keterbatasan dari fungsi atau kerja minyak atsiri sehingga terjadi penurunan
pertambahan bobot badan, walaupun masih dalam batas normal. Kandungan komponen
zat aktif dari Temu putih yang member nilai manfaat adalah pada fungsi dari
minyak atsiri karena kandungan kurkuminnya tidak terdeteksi. Keterkaitan minyak atsiri dengan bobot badan
yang dihasilkan menampakkan efek kerja terhadap kecernaan protein dalam
terbentuknya jaringan tubuh hewan termasuk daging. Fakta yang ditemukan
memberikan suatu gambaran bahwa Temu putih tidak menimbulkan efek negatif terhadap rataan pertambahan bobot badan,
sehingga Temu putih dapat menjadi bahan feed
additive dalam ransum ayam broiler terutama
pada dosis yang tepat. Afifah dan Lentera (2002) dan Mangisah (2003)
yang menyatakan bahwa penambahan temulawak dapat meningkatkan bobot badan dan
menurunkan kadar kolesterol darah ayam broiler
akibat adanya kerja dari kurkumin dan minyak atsiri dari Temulawak.
Pengaruh Perlakuan
Terhadap Konversi Ransum
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
bahwa penambahan tepung Temu putih terhadap nilai konversi memberikan
peningkatan yang positif. Rataan nilai nilai konversi ransum perlakuan
penambahan 3,5 – 4,5% Temu putih nyata lebih rendah dari ransum tanpa Temu
putih dan ransum yang mengandung 5,5% Temu putih. Nilai konversi ransum
dipengaruhi oleh konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan. Hasil penelitian
menunjukkan pertambahan bobot badan cenderung meningkat sejalan dengan semakin
tingginya penggunaan Temu putih dalam ransum, sedangkan konsumsi ransum
perlakuan tidak berbeda sehingga menyebabkan nilai konversi ransum cenderung
menurun. Adanya minyak atsiri pada Temu putih dapat membantu pencernaan dengan
merangsang system saraf sekresi.sehingga keluar getah lambung yang mengandung
enzim seperti lipase, amylase dan tripsiun disekresikan ke dalam lambung dan
usus, Akibatnya ayam mampu merombak
seluruh amilosa yang kompleks, sehingga mudah diserap dan dirombak menjadi
daging. Sejalan dengan pendapat Widodo (2002) dan Desmayati (2007) yang
menyatakan bahwa zat bioaktif yang dikandung ramuan herbal seperti Temulawak
dan Temu putih diduga mengandung zat yang dapat memperbaiki metabolisme
karbohidrat dan memetabolisir lemak dalam tubuh, sehingga dapat meningkatkan
efisiensi pakan dan kesehatan ternak.
KESIMPUAN
DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa Penambahan Temu putih dalam ransum
ayam broiler sampai batas penambahan
4,5% mampu meningkatkan pertambahan bobot badan dan menurunkan nilai konversi
ransum, disarankan Temu putih dapat dicampur dalam ransum ayam broiler tidak
melebihi 4,5%. Pemberian yang berlebih
akan menurunkan performan ayam broiler.
DAFTAR
PUSTAKA
Afifah,E.
dan Lentera.2003. Kasiat dan Manfaat
Rimpang Temulawak dalam Penyembuhan Aneka Penyakit. Agromedi Pustaka, Jakarta.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Informasi
Simplisia Asing. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan, Depkes RI. Jakarta.
Desmiati
dan Zainuddin. 2007. Tanaman Obat
Meningkatkan Efisiensi Pakan dan Kesehatan Ternak Unggas. Journal Ilmu
Ternak dan Veteriner Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Griffiths,
L.S. Lesson and J.D. Summers. 1997.Fat
Deposition in Broiler . Influence of System of Dietary Energy Evaluation and
Level of Various Fat Sources on Abdominal Fat Pad Size. Poult. Sci. 56:1018
-1026.
Guenther.
E. 1997. Minyak Atsiri. Diterjemahkan
oleh S.Ketaren. Universitas Indonesia. Jakarta
Kartika
Ning Tyas. 1999. Temu Putih. http://www.202.155.39.179/weblm/pdii-lipi/jurnal%20LIPI/prosea/1999/271999/artikeltemuputih.
htm.
Maheswari.
2002. Pemanfaatan Obat Alami: Potensi dan
Prospek Pengembangannya. Puslitbangtri Departemen Pertanian. Bogor.
Mangisah,
I. 2005. Pemanfaatan Kunyit (Curcuma
demastika,Val) atau Temulawak (Curcuma xantorrhiza,Roxb) untuk Menurunkan Kadar
Kolesterol Daging Ayam Broiler. File://A:/curcumin/kunyt/temulawak/cari
1htm.
Mansjoer,S.
1997. Effek Antiradang Minyak Atsiri Temu
Putih (Curcuma zedoaria Rosc, Zingibeaceae) terhadap Udem Buatan Tikus Putih
Betina Galus Wister. Majalah Farmasi Indonesia. Vol.8 (1). Jakarta.
Salim.
R.1995. Manfaat Temu Putih (Curcuma
zedoaria,Rosc) Tidak Kalah dengan Rimpang Temulawak. Lembaga Penelitian
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Soedibyo,
Mooryati. 1998. Alam Sumber
Kesehatan,Manfaat dan Kegunaan. Jakarta, Balai Pustaka.
Taryono,
E.M., Rachmat S. dan A. Sardina. 1987.Plasma
Nutfah Tanaman Temu-temu. Edisi Khusus Litro III (1). Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar